Cuaca Buruk Menghambat Pengiriman Bantuan Di Papua Tengah Yang Dilanda Kekeringan
Cuaca Buruk Menghambat Pengiriman Bantuan Di Papua Tengah Yang Dilanda Kekeringan

Cuaca Buruk Menghambat Pengiriman Bantuan Di Papua Tengah Yang Dilanda Kekeringan

Bantuan telah berdatangan di Kabupaten Puncak di Papua Tengah untuk membantu warga menanggung dampak kekeringan selama berbulan-bulan, tetapi cuaca buruk dan infrastruktur yang terbatas menghambat upaya distribusi.

Kecamatan Agandugume dan Lambewi di Kabupaten Puncak mengalami kekeringan dan cuaca dingin sejak Juni, menyebabkan gagal panen atau busuk dan memaksa penduduk memakan umbi busuk. Sekitar 7.500 warga di dua kabupaten itu terkena dampaknya, dengan enam orang, termasuk seorang bayi, meninggal karena dehidrasi atau diare.

Kabupaten Puncak, karena ketinggiannya, merupakan satu-satunya tempat di negara yang turun salju.

Bantuan kemanusiaan tiba pada hari Kamis di lapangan terbang Sinak di distrik Sinak, titik peluncuran bantuan ke Agandugume di dekatnya. Perbekalan yang terdiri dari 50 ton beras, 13.000 bungkus makanan siap saji, dan 10.000 selimut, diangkut dengan pesawat Cessna Caravan yang total muatannya sekitar 900 kilogram.

Bersamaan dengan bantuan itu, datang pula Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, yang diinstruksikan oleh Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk pergi ke kabupaten yang terkena dampak.

Para menteri dan perbekalan telah tiba di bandara Mozes Kilangin di Kabupaten Timika, Papua Tengah, Rabu dengan rencana terbang ke Sinak pada hari yang sama. Tetapi cuaca buruk mencegah pesawat lepas landas, memaksa pihak berwenang untuk berangkat pada hari Kamis.

“Bantuan akan terus kami kirimkan,” kata Suharyanto dalam keterangannya, Kamis. “BNPB akan membantu pengadaan dan pengangkutan bantuan selama keadaan darurat.”

Muhadjir berencana memeriksa dan mengevaluasi fasilitas kesehatan di wilayah terdampak, termasuk pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di Agandugume.

Pihak berwenang mengatakan mereka telah mendistribusikan pasokan bantuan di daerah itu selama berminggu-minggu, dengan Kementerian Sosial mengklaim telah mengirimkan total 17 ton bantuan ke lapangan terbang Sinak sejak 26 Juli. Pasokan tersebut kemudian disalurkan ke distrik-distrik yang terkena dampak dengan helikopter militer. dan pesawat sewaan.

Tidak ada ancaman keamanan

Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Jakarta mengatakan, cuaca buruk menghambat pengiriman bantuan karena wilayah yang dilanda kekeringan hanya bisa dijangkau melalui jalur udara.

Dia bertemu pada hari Rabu dengan Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Laksamana Yudo Margono dan Wakapolri Kombes. Jenderal Agus Andrian untuk membahas situasi di Papua Tengah.

“Semua [persediaan] sudah siap, tetapi tidak ada jalur darat untuk mencapai kabupaten yang terkena dampak,” kata Ma’ruf usai pertemuan Rabu. Selain diterbangkan, satu-satunya cara membawa bantuan ke Agandugume dan Lambewi adalah dengan membawanya berjalan kaki dari Sinak, katanya.

Wakil Presiden juga mengatakan pemerintah telah memperpanjang masa darurat dari satu minggu menjadi dua minggu sehingga pihak berwenang dapat mengirimkan sumber daya yang diperlukan ke daerah yang terkena dampak. Pemerintah juga terbuka untuk memperpanjang keadaan darurat lebih lanjut jika situasinya tidak membaik.

Yudo mengklaim tidak ada kelompok bersenjata atau milisi separatis yang bisa mengancam proses pencairan bantuan.

Papua telah mengalami peningkatan konflik bersenjata dalam beberapa bulan terakhir, termasuk penculikan pilot Selandia Baru Philip Mehrtens.

“Kami memiliki sekitar 50 tentara yang ditempatkan di sana,” kata komandan militer itu.

Solusi jangka panjang

Dalam pertemuan di Jakarta, Ma’ruf menginstruksikan para pejabat untuk mempersiapkan kemungkinan krisis pangan dan kesehatan yang disebabkan oleh kekeringan juga dapat terjadi di bagian lain negara ini.

Kelaparan di Kabupaten Puncak, kata menteri Muhadjir, disebabkan oleh kekeringan dari Mei hingga Juli disertai hujan es dan kabut yang membekukan, menyebabkan tanaman talas dan ubi di kawasan itu membusuk dan tidak bisa dimakan.

Dia mengatakan para pejabat akan mengusulkan beberapa solusi jangka panjang kepada Presiden, termasuk membangun gudang untuk menyimpan makanan di dekat Agandugume.

“Kita bisa membantu antisipasi dengan menimbun bahan pangan dari BNPB atau Kementerian Sosial sebelum Mei [tahun-tahun mendatang],” kata Muhadjir. “Mudah-mudahan pihak gudang dapat membantu mengantisipasi bencana berkala ini.”

Musim kemarau tahun ini diperkirakan akan lebih kering dari biasanya karena fenomena klimaks El Niño, di mana Samudera Pasifik tropis yang lebih hangat membawa udara yang lebih panas ke kepulauan Indonesia, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kekeringan.

Pemerintah memiliki surplus beras sebanyak 2,7 ton untuk digunakan sebelum September, kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo usai rapat kabinet terbatas, Rabu.

Selain itu, pihaknya juga telah menyiapkan 500.000 hektare lahan untuk ditanami padi guna menutupi penurunan produksi yang diperkirakan terjadi, kata Syahrul. Lapangan tersebut berada di beberapa provinsi, antara lain Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *