Indonesia, sebagai ketua ASEAN tahun 2023, menjadi tuan rumah Dialog Meja Bundar Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) di Hotel Sultan Jakarta pada 6 September.
RCEP merupakan perjanjian perdagangan bebas yang melibatkan 10 negara anggota ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam, serta lima negara mitra ASEAN yaitu Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.
Arsjad Rasjid, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Penasihat Bisnis ASEAN (ASEAN-BAC) dan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, menekankan perlunya tindakan nyata untuk mencapai pembangunan global.
“ASEAN mengadvokasi efisiensi ekonomi untuk mendukung kerja sama multilateral. Kami menantikan masukan dari para CEO mengenai tantangan yang ada, dan bagaimana kami dapat berkontribusi pada ASEAN dan RCEP,” ujarnya.
Arsjad menjelaskan RCEP Roundtable Dialogue merupakan perpanjangan eksklusif dari ASEAN Business and Investment Summit (ABIS), dimana total 40 perusahaan dari 15 negara ASEAN dan negara mitra dialognya berpartisipasi dalam diskusi tersebut, yang bertujuan untuk menggali berbagai potensi ASEAN. melalui RCEP.
Ia juga mencatat bahwa RCEP adalah kemitraan ekonomi yang modern, komprehensif, berkualitas tinggi dan saling menguntungkan yang dibangun berdasarkan perjanjian bilateral ASEAN dengan lima negara perjanjian perdagangan bebas (FTA).
“Diperlukan tindakan substansial untuk mencapai pembangunan global. Dengan visi kesejahteraan bersama, kami berharap ASEAN dan RCEP dapat bersama-sama mencapai tujuan kita untuk memajukan ASEAN,” kata Arsjad.
Ia juga mengatakan RCEP memainkan peran penting sebagai inisiatif strategis dalam mendorong integrasi ekonomi ASEAN, yang berkontribusi sepertiga terhadap produk domestik bruto (PDB) global dan mencakup sepertiga populasi global.
“Saat ini, kontribusi RCEP hanya sekitar 2 persen dari total aktivitas perdagangan negara-negara anggotanya. RCEP memiliki potensi besar untuk meningkatkan arus perdagangan di kawasan ini. KTT ini menjadi momen penting untuk mengingatkan negara-negara terkait agar bersatu dalam mengatasi beragam tantangan global,” kata Arsjad.
Sementara itu, Kaushik Das, Managing Partner McKinsey & Company untuk Asia Tenggara, mengatakan kini saatnya ASEAN bersinar, karena RCEP mengirimkan sinyal kuat mengenai dukungan kawasan terhadap sistem perdagangan multilateral.
“RCEP akan menempatkan ASEAN di garis depan pemulihan ekonomi global. RCEP akan memberikan insentif kepada dunia usaha di kawasan ini untuk mengambil tindakan signifikan yang dapat menciptakan ekosistem yang berkelanjutan dan inklusif,” kata Das.
Dipandu oleh Khoon Tee Tan, Managing Partner McKinsey untuk Indonesia, diskusi panel menghadirkan pembicara: Tan Sri Mohamed Nazir bin Tun Abdul Razak, Anggota ASEAN-BAC dan Ketua & Mitra Pendiri Ikhlas Capital; George T. Barcelon, Ketua Kamar Dagang & Industri Filipina; dan Anne Patricia Sutanto, Manajer Kebijakan Fasilitasi Perdagangan ASEAN-BAC dan Ketua Komite Tetap Perjanjian Internasional di KADIN.
Diskusi tersebut menggali langkah-langkah konkrit untuk mencapai tujuan RCEP, menjelaskan peluang dan tantangan yang ada serta langkah-langkah strategis yang dapat diambil untuk mewujudkan visi RCEP.
Acara ini diakhiri dengan peluncuran Satuan Tugas Gabungan RCEP untuk memobilisasi sumbangan dari para pemimpin industri di negara-negara anggota RCEP, dengan tujuan untuk mempercepat visi RCEP dan membuka jalur perdagangan senilai lebih dari US$100 miliar setiap tahunnya pada tahun 2030.