Dorongan pemerintah untuk pengolahan bijih mineral akan memberikan dorongan besar bagi perekonomian Indonesia dengan pendapatan per kapita negara diperkirakan mencapai $25.000 pada tahun 2045, kata Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada hari Rabu.
Presiden telah memperkenalkan strategi ekonomi yang berpusat pada apa yang disebut kebijakan “hilir”, di mana negara yang kaya sumber daya lebih menyukai penyulingan komoditasnya di dalam negeri daripada mengirimkannya tanpa diproses.
Indonesia menghentikan ekspor bijih nikel yang belum diproses pada tahun 2020, dan Jokowi mengatakan bahwa keputusan tersebut telah menyebabkan masuknya investasi. Menurutnya, Indonesia kini menjadi rumah bagi 43 pabrik pengolahan nikel, sehingga menjadi sumber lapangan kerja yang sangat besar.
Strategi seperti itu tidak berhenti pada nikel. Perekonomian terbesar di Asia Tenggara bermaksud untuk meniru strategi ini di komoditas lain, termasuk bauksit, kelapa sawit, kelapa, dan rumput laut. Mendekati pemilihan presiden 2024, Jokowi ingin penerusnya membawa obor kebijakan ini.
“Jika kita konsisten dengan kebijakan ini, diperkirakan pendapatan per kapita Indonesia akan mencapai $10.900 dalam satu dekade. Kemudian akan mencapai $15.800 dalam 15 tahun ke depan, dan akhirnya $25.000 juta dalam 22 tahun dari sekarang,” kata Jokowi saat menyampaikan pidato kenegaraan tahunannya dalam sidang bersama dengan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) di Jakarta, Rabu.
Menurut data Bank Dunia, pendapatan nasional bruto per kapita Indonesia mencapai $4.580 pada tahun 2022.
Presiden juga mengatakan kepada majelis bahwa jenis kebijakan pengolahan hilir yang Indonesia tuju adalah salah satu yang mempromosikan transfer teknologi dan penggunaan energi terbarukan. Di sektor non-tambang, kebijakan juga harus melibatkan petani dan nelayan setempat.
“Kita perlu mempertahankannya. Ini adalah pil pahit yang harus ditelan para eksportir bahan mentah. Ini kemungkinan akan berdampak pada pendapatan negara kita dalam jangka pendek. Tapi begitu ekosistem besar sudah terbentuk dan pabrik pengolahan mulai beroperasi, pada akhirnya semua akan berbuah,” kata Jokowi.
Jokowi menambahkan: “Masa depan kita ada di tangan kepemimpinan berikutnya.”